06 Juni 2025 – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali memuncak. Militer Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke sejumlah fasilitas militer dan industri pertahanan Ukraina sebagai bentuk balasan atas apa yang mereka sebut sebagai “aksi teror” dari pihak Kiev.
Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan Rusia, serangan ini menggunakan senjata presisi tinggi jarak jauh dari udara, laut, dan darat, termasuk drone tempur (UAV). Target serangan meliputi:
-
Pabrik perakitan dan perbaikan senjata,
-
Biro desain peralatan militer,
-
Bengkel perakitan drone serang,
-
Pusat pelatihan penerbangan militer,
-
Gudang senjata milik militer Ukraina (AFU).
"Semalam, sebagai tanggapan atas aksi teror rezim Kiev, kami meluncurkan serangan terkoordinasi ke sejumlah lokasi penting militer Ukraina," tulis Kementerian Pertahanan Rusia melalui Telegram.
Kerugian Besar di Pihak Ukraina
Dalam laporan terpisah, militer Rusia mengklaim telah berhasil menewaskan lebih dari 9.480 tentara Ukraina dari berbagai wilayah pertempuran dalam sepekan terakhir. Mereka juga menghancurkan puluhan kendaraan tempur termasuk kendaraan lapis baja buatan Amerika Serikat seperti Bradley IFV dan M113 APC.
Selain itu, Rusia juga menyatakan telah menguasai desa Fedorovka yang terletak di wilayah yang disengketakan, yaitu Republik Rakyat Donetsk — wilayah ini sebelumnya merupakan bagian dari Ukraina namun telah memproklamirkan diri sebagai negara bagian baru yang didukung Rusia sejak 2014.
Konteks: Konflik yang Belum Usai
Invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022 dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Meskipun banyak negara barat telah memberlakukan sanksi dan memberikan bantuan militer ke Ukraina, Rusia tetap melanjutkan operasinya dengan alasan “denazifikasi” dan “perlindungan terhadap wilayah berbahasa Rusia”.
Sementara itu, Ukraina dan sekutunya menyebut invasi ini sebagai agresi ilegal yang merusak kedaulatan negara.
Pandangan Netral
Bagi publik internasional, termasuk Indonesia, konflik ini menimbulkan keprihatinan mendalam karena dampaknya bukan hanya pada dua negara yang terlibat, tapi juga ke sektor global — termasuk krisis pangan, energi, dan stabilitas geopolitik.
0 comments:
Post a Comment