Di sebuah kota kecil di pesisir timur Jawa, tinggal seorang guru muda bernama Ayu. Ia dikenal sebagai sosok pendidik yang ceria, penuh semangat, dan disukai murid-muridnya. Ayu mengajar di sebuah sekolah dasar negeri. Meski hanya berstatus guru honorer, ia mencintai profesinya sepenuh hati. Setiap harinya, Ayu membagikan momen kebersamaan di kelas lewat media sosial – sering kali menampilkan interaksi hangat dengan anak-anak, atau sekadar membagikan rutinitas mengajarnya.
Namun, sorotan mulai datang bukan karena prestasi atau dedikasinya, melainkan karena cara berpakaiannya yang dianggap terlalu ketat dan mencolok. Warganet ramai memperdebatkan penampilannya, menganggap tidak pantas bagi seorang guru, apalagi yang berhijab. Komentar demi komentar muncul, hingga Ayu mulai merasa gerah dengan sorotan itu.
Di balik layar, Ayu ternyata sedang menjalin hubungan jarak jauh dengan seorang pria yang dikenalnya dari internet. Pria itu mengaku sebagai pengusaha dari luar pulau. Hubungan mereka terjalin lewat pesan teks, telepon, dan video call. Awalnya, Ayu merasa seperti menemukan belahan jiwa—seseorang yang memberi perhatian dan dukungan ketika ia sedang merasa lelah dengan pekerjaannya.
Namun, perlahan hubungan itu berubah. Pria tersebut mulai meminta hal-hal yang tak seharusnya, meyakinkan Ayu untuk melakukan video call dengan konten pribadi dan sensitif. Ayu yang lugu dan masih percaya, menurut. Ia tidak tahu bahwa panggilan itu direkam secara diam-diam.
Beberapa waktu kemudian, rekaman itu tersebar di media sosial. Dunia Ayu seketika runtuh. Namanya jadi bahan perbincangan. Wajahnya viral di berbagai platform, tanpa ampun. Sekolah tempatnya mengajar ikut terkena dampaknya. Ayu memilih mengundurkan diri sebelum diberhentikan.
Dalam klarifikasi di akun media sosialnya, Ayu menjelaskan bahwa dirinya adalah korban manipulasi. Ia menyebutkan bahwa pria yang disebut sebagai kekasih onlinenya itu tidak pernah menunjukkan wajahnya, selalu beralasan susah sinyal atau takut ketahuan saat mereka video call. Ayu hanya ingin dipercaya dan menyenangkan seseorang yang ia anggap tulus mencintainya.
Pihak kepolisian setempat kini tengah menyelidiki pelaku penyebaran video tersebut. Ayu sendiri tidak dijerat hukum karena dianggap sebagai korban eksploitasi digital. Sementara itu, masyarakat mulai membuka mata bahwa kasus ini bukan semata soal moral, tetapi juga soal literasi digital dan perlindungan terhadap perempuan.
Di sebuah kamar kecil di kota itu, Ayu kini menata hidupnya kembali. Ia masih mencintai dunia pendidikan, tapi trauma yang ditinggalkan dari pengalaman pahit itu terlalu dalam untuk dilupakan. Ia berharap suatu hari nanti, kisahnya bisa jadi pelajaran bagi perempuan lain untuk lebih waspada terhadap hubungan yang dibangun di dunia maya.