BERITA TERKINI, DUNIA DALAM BERITA, SEPUTAR INFORMASI TERPECAYA

Saturday 21 January 2023

Jutaan Orang Menandatangani Petisi WFH Kembali

   

Petisi untuk mengembalikan metode kerja menjadi work from home (WFH) viral di media sosial. Petisi tersebut dilatarbelakangi kondisi jalanan yang lebih macet, polusi bertambah, dan membuat karyawan tidak produktif ketika harus berjibaku menuju ke tempat kerja.

Hingga berita ini ditulis, petisi sudah ditandatangani 25.542 orang dan terus bertambah. Beberapa warganet juga setuju meminta WFH dikembalikan. Petisi tersebut diunggah di Change.org sejak dua bulan lalu. Saat ini, sebagian besar perusahaan sudah mulai kembali menerapkan work from office (WFO). “ Belum lagi kalau hujan. Bisa-bisa saya terjebak kemacetan lama sekali, satu jam bahkan menggunakan sepeda motor,” kata Riwaty. Selain masalah jarak, dia juga menyebut aturan WFO belum bisa menjamin membuat pekerja lebih produktif. Lamanya waktu dan energi yang dihabiskan di pejalanan membuat pekerja menjadi lebih lelah. Nantinya, inilah yang akan berdampak pada performa kerja. “Lamanya perjalanan membuat saya menjadi lebih lelah dan hasil pekerjaan tidak sebagus ketika saya bekerja dari rumah. Di rumah, saya merasa lebih percaya diri, lebih aman, dan merasa lebih nyaman. Oleh karena itu, saya ingin meminta agar aturan wajib WFO 100 persen dikaji kembali,” kata dia. Beberapa negara sudah menerapkan WFH seperti Belanda. Riwaty yakin, Indonesia juga bisa menerapkan hal serupa. “Saya yakin dengan adanya aturan ini dari pemerintah, kantor-kantor akan dapat lebih fleksibel sehingga pekerja-pekerja pun bisa lebih nyaman,” kata dia. “WFO sudah sangat oldschool. Waktu lebih banyak habis di jalan. Ditambah kondisi cuaca yang tidak menentu, berpengaruh juga terhadap kesehatan,” kata Donovan Caesar. Ada juga yang berkomentar jadwal WFH dan WFO harus seimbang. “Selang-seling aja WFH dan WFO supaya tercipta work life balance. Saya merasakannya sendiri, wfh selama hampir 2 tahun dan tetap produktif. Saya bisa nabung untuk masa depan dan banyak waktu yg lebih bermanfaat dibandingkan macet macetan di jalan. Full WFH ataupun Hybrid membantu mengurangi kemacetan di DKI Jakarta, Full WFO pun tidak menjamin efektifitas dari suatu pekerjaan. Menurut Riwaty Sidabutar yang memulai petisi, kembali bekerja ke kantor setelah dua tahun di rumah malah membuatnya semakin stres. Sebab, jarak tempuh antara kantor dan rumah terbilang jauh. Misal, dia yang menempuh 20 kilometer ke kantor dan total jarak pulang pergi menjadi 40 kilometer. Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah mengungkapkan pekerja generasi muda sekarang lebih menyukai pekerjaan yang bisa dilakukan dari jarak jauh. Bahkan mereka sampai membuat petisi untuk melanjutkan kembali sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH). Mereka yang dimaksud Ida merupakan pekerja dari generasi Y dan Z. Sebagai informasi, generasi Y merupakan orang yang lahir tahun 1981- 1996 atau tahun ini berusia 27 tahun sampai 41 tahun. Sedangkan generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012 atau mereka yang berusia 11-25 tahun di 2023. Dua generasi yang pernah mengalami masa kerja dari rumah atau jarak jauh saat pandemi merasa nyaman dengan gaya hidup baru ini. "Yang harus kita lihat adalah mereka ingin berada dalam remote working," kata dia. Kondisi tersebut menjadi tantangan baru bagi pemerintah dalam menyerap angkatan kerja. Sebab 2,72 persen dari 8,2 juta orang yang menganggur ini memiliki hambatan struktural. Dia mengatakan mereka ini susah untuk diarahkan menjadi pengusaha baru. Artinya mereka tidak mau menjadi wirausahawan atau hanya ingin menjadi pekerja saja. Sebagian netijen yang kontra dengan petisi berpendapat bahwa petisi ini hanya akal akalan para penandatangan ini karena sudah terbiasa santai dan nyaman tidur-tiduran di rumah dengan sedikit effort untuk melaksanakan pekerjaan. Effort disini artinya tidak ada ongkos yang harus dikeluarkan, tidak perlu bangun subuh-subuh untuk berangkat kerja dan tidak perlu capek bermacet-macet ria, berdesak desakan di KRL atau ngantri di busway. Lah. Terus gmna kerja pabrikan? Emang bsa di rumah? Enak di elu ga enak ma org lain. Sistem keadilan dmna? Namun sebagian netijen lain yang pro dengan petisi ini mengatakan bahwa yang berpendapat negative kemungkinan besar adalah pekerja yang hanya iri karena pekerjaannya tidak bisa dibuat jadi WFH sehingga menjadi kesal sendiri dengan adanya petisi WFH ini.
Share:

0 comments:

Post a Comment