Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida dipermalukan oleh Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Pasalnya Medvedev mengatakan Kishida telah menodai ingatan ratusan ribu orang yang tewas dalam serangan bom atom Amerika Serikat (AS) di Hiroshima dan Nagasaki.
Hal itu disampaikan Medvedev menanggapi peringatan yang mengeluarkan PM Jepang dan Presiden AS Joe Biden.
Keduanya mengeluarkan pernyataan tentang bahaya setelah berbicara di Washington.
Mereka mengatakan, jika Rusia nekat menggunakan nuklir di Ukraina, maka dianggap sebagai tindakan permusuhan.
Medvdevheran mengapa markas itu bisa keluar dari seorang Fumio Kishida.
Padahal, Jepang pernah menjadi sasaran kelamnya AS di masa lampau.
Dua kota di Jepang, Nagasaki dan Hiroshima dijatuhkan bom atom oleh Amerika.
Seperti yang diketahui, Hirosima dan Nagasaki dibom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945.
Korban tewas dalam dua ledakan tersebut diperkirakan mencapai 70.000 hingga 135.000 di Hiroshima, dan 60.000 hingga 80.000 di Nagasaki.
Pengeboman itu adalah satu-satunya saat senjata nuklir digunakan dalam pertempuran, dan itu terjadi menjelang akhir Perang Dunia II.
Kemudian, Medvedev menyebut pernyataan Kishida sebagai sangat tidak terhormat dan menghina martabatnya sendiri.
Kishida diduga meminta agar Amerika meminta maaf atas kejadian tersebut.
Seperti diketahui, sejumlah pejabat Rusia kerap membahas senjata nuklir.
Vladimir Putin, presiden Rusia, telah menyatakan dengan tegas bahwa negaranya tidak akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Hanya ketika ada ancaman terhadap integritas bangsa secara keseluruhan atau sebagai reaksi terhadap serangan menggunakan WMD barulah Rusia menggunakan senjata ini.
Namun demikian, kepala angkatan bersenjata Rusia mengungkapkan rencana peningkatan militer besar-besaran pada tahun 2023.
Sergei Shoigu, menteri pertahanan negara itu, membuat deklarasi tersebut.
Itu berjanji untuk meningkatkan produksi drone, memajukan teknologi penerbangan, dan memperbesar gudang senjata negara.