Cuaca Ekstrem Bukan Satu-Satunya Penyebab, Banjir Sumatra Diperparah Kerusakan Lingkungan
Banjir dan longsor di Sumatra bukan hanya akibat cuaca ekstrem. Kerusakan hutan, penebangan, dan kayu gelondongan yang hanyut terbukti memperparah dampak bencana.
banjir sumatra, cuaca ekstrem, kerusakan lingkungan, kayu gelondongan, penebangan hutan
Ketika banjir bandang dan longsor melanda Sumatra pada akhir tahun 2025, banyak pihak langsung menyebut penyebab utamanya adalah cuaca ekstrem. Hujan deras turun selama berjam-jam, sungai meluap, dan air mengalir deras ke permukiman. Namun, apakah benar hanya karena cuaca?
Kenyataannya, bencana tersebut tidak berdiri sendiri. Cuaca ekstrem hanya menjadi pemicu, sementara dampak besar yang terjadi datang dari kerusakan lingkungan akibat ulah manusia.
Kayu Gelondongan Jadi Bukti Penting
Setelah air surut, warga menemukan gelondongan kayu besar berserakan di sungai, di pinggir jalan, bahkan tersangkut di jembatan. Kayu-kayu ini bukan ranting biasa. Banyak yang sudah terpotong rapi, seolah siap diangkut dari hutan.
Penampakan kayu gelondongan ini menimbulkan pertanyaan besar:
Dari mana kayu-kayu ini berasal?
Temuan ini memperkuat dugaan bahwa sebelum banjir terjadi sudah ada penebangan hutan atau alih fungsi lahan di daerah hulu. Ketika hujan deras datang, tanah di bukit dan lembah tidak mampu menyerap air, sehingga air mengalir deras ke bawah membawa material kayu dan lumpur.
Inilah faktor yang memperparah bencana.
Cuaca Ekstrem Memicu, Kerusakan Lingkungan Memperparah
Cuaca ekstrem memang tercatat oleh BMKG. Curah hujan sangat tinggi dalam waktu singkat. Tekanan udara, angin muson, dan suhu laut yang hangat membuat hujan tidak berhenti.
Tetapi jika hutan masih utuh, dampaknya akan berbeda.
Hutan seharusnya:
-
menyerap air hujan
-
menahan erosi
-
memperlambat aliran sungai
Namun setelah terjadi penggundulan, akar-akar hilang, tanah menjadi licin, dan air langsung turun ke sungai tanpa hambatan. Inilah yang menyebabkan banjir besar, longsor, dan arus deras membawa kayu gelondongan.
Bencana Akibat Kombinasi Dua Faktor
Menyalahkan cuaca saja tidak cukup. Yang terjadi adalah gabungan dua faktor:
1. Cuaca Ekstrem
-
Hujan deras berjam-jam
-
Debit sungai naik
-
Air meluap
2. Kerusakan Lingkungan
-
Penebangan hutan
-
Perubahan tata guna lahan
-
Drainase buruk
-
Sampah menyumbat sungai
-
Kayu gelondongan hanyut
Jika salah satu faktor tidak ada, bencana tidak akan seburuk itu.
Pelajaran Penting untuk Masa Depan
Bencana ini memberi pesan jelas:
Cuaca ekstrem tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa dikendalikan jika lingkungan dijaga.
Pemerintah dan masyarakat harus bekerja bersama:
-
menghentikan penebangan liar
-
mengawasi izin tambang dan perkebunan
-
membangun tahan bencana di daerah rawan
-
membersihkan drainase dan sungai
Jika alam rusak, manusia sendiri yang akan menanggung akibatnya.
Kesimpulan
Cuaca ekstrem memang terjadi, tetapi bukan satu-satunya penyebab bencana. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia justru memperparah situasi.
Ringkasannya:
-
Cuaca ekstrem = pemicu
-
Kerusakan hutan = memperparah
-
Kayu gelondongan = bukti nyata
Menjaga alam bukan pilihan, tetapi keharusan. Jika hutan hilang, banjir akan datang lagi dan lagi.






0 comments:
Post a Comment