Purbaya Yudhi Sadewa: Dari Insinyur ITB hingga Pucuk Pimpinan Kemenkeu
Pada 8 September 2025, Purbaya Yudhi Sadewa secara resmi dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Keuangan Indonesia ke-31, menggantikan Sri Mulyani Indrawati. Pengangkatan Purbaya — yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) — menarik perhatian publik dan pasar finansial nasional.
Latar Belakang dan Pendidikan
Purbaya Yudhi Sadewa lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 7 Juli 1964. Ia memiliki kombinasi latar pendidikan teknik dan ekonomi yang kuat:
- Sarjana: Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB).
- Magister & Doktor: M.Sc. dan Ph.D. Ilmu Ekonomi dari Purdue University, Amerika Serikat.
Perpaduan disiplin teknik dan ekonomi ini membentuk gaya analitis dan pragmatisnya dalam merancang kebijakan publik.
Jejak Karier Profesional dan Pemerintahan
Sebelum berkiprah dalam posisi pemerintahan tingkat tinggi, Purbaya menempuh karier di sektor swasta dan lembaga riset:
- Field Engineer di Schlumberger Overseas SA (1989–1994).
- Ekonom Senior dan Chief Economist di Danareksa Research Institute (2000–2013).
- Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas (2006–2008) dan anggota dewan di PT Danareksa (2013–2015).
Posisi pemerintahan yang pernah dijabat antara lain sebagai staf khusus bidang ekonomi pada beberapa kementerian, deputi di Kantor Staf Presiden (KSP), serta Deputi di Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi. Pada 2020–2025 ia memimpin LPS sebagai Ketua Dewan Komisioner.
Memasuki Era Baru: Menjadi Menteri Keuangan dan "Purbaya Effect"
Pengangkatan Purbaya memunculkan dinamika baru yang oleh sejumlah media dan analis disebut sebagai "Purbaya Effect" — yakni reaksi pasar dan perubahan ekspektasi kebijakan fiskal pasca-penunjukannya. Dibandingkan pendahulunya yang dikenal berhati-hati, Purbaya dipandang cenderung pro-pertumbuhan dan lebih agresif dalam mendorong stimulus ekonomi.
Kebijakan Kontroversial di Awal Masa Jabatan
1. Relokasi Dana SAL Rp200 Triliun ke Bank BUMN
Salah satu gebrakan awal yang ramai dibahas adalah rencana pemindahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sekitar Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank-bank pelat merah. Pemerintah beralasan langkah ini akan menambah likuiditas bank BUMN sehingga kredit ke sektor riil bisa ditingkatkan dengan suku bunga lebih murah. Namun sejumlah ekonom memperingatkan risiko — antara lain potensi inflasi, moral hazard, dan keraguan efektivitas bila masalah utamanya adalah lemahnya permintaan kredit.
2. Wacana Penghapusan Bea Masuk Kendaraan Listrik
Purbaya mengusulkan wacana penghapusan bea masuk untuk kendaraan listrik demi mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan. Gagasan ini mendapat penolakan dari Kementerian Perindustrian dan pelaku industri otomotif dalam negeri yang khawatir dengan banjir kendaraan impor yang merugikan pengembangan manufaktur lokal. Akibat tekanan publik dan industri, wacana ini ditunda.
3. Pernyataan tentang "17+8 Tuntutan Rakyat"
Kurang dari 24 jam setelah dilantik, Purbaya membuat pernyataan yang menyebut gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat sebagai "suara sebagian kecil rakyat" yang bisa hilang bila pertumbuhan ekonomi mencapai 6–7%. Pernyataan tersebut menuai kecaman karena dianggap meremehkan aspirasi publik; Purbaya kemudian meminta maaf dan menyebut dirinya sempat "kagetan" serta mengakui gaya bicaranya terkesan 'koboi'.
4. Insiden Unggahan Media Sosial Anak
Kontroversi non-kebijakan datang dari unggahan akun Instagram putranya, Yudo Achilles Sadewa, yang menimbulkan keributan setelah ditafsirkan menyindir pendahulu Purbaya. Meski bukan pernyataan resmi kementerian, insiden ini menambah sorotan terhadap keluarga dan perilaku politis anak-anak pejabat publik.
5. Wacana Pelonggaran Aturan OJK
Terdapat pula kabar bahwa Purbaya mendorong revisi Undang-Undang Jasa Keuangan untuk memberi kelonggaran tertentu pada pengawasan perbankan. Kritikus memperingatkan risiko pelemahan tata kelola dan stabilitas system keuangan jangka panjang apabila pengawasan dilonggarkan tanpa mitigasi yang jelas.
Respons Pasar dan Analis
Kebijakan dan pernyataan awal Purbaya memicu reaksi di pasar finansial:
- IHSG: Mengalami volatilitas dan sempat bergerak negatif pada beberapa sesi.
- Rupiah: Tekanan terhadap dolar, namun relatif terjaga setelah intervensi pasar tertentu.
- Analis: Banyak yang menganjurkan sikap wait and see menunggu kepastian program fiskal dan konsistensi kebijakan.
Kehidupan Pribadi
Purbaya menikah dengan Ida Yulidina (pemenang Wajah Femina 1989). Pasangan ini dikaruniai dua putra, termasuk Yudo Achilles Sadewa yang dikenal sebagai trader dan pembuat konten.
Kesimpulan
Purbaya Yudhi Sadewa membawa pendekatan yang berbeda di Kementerian Keuangan: lebih berfokus pada akselerasi pertumbuhan dan kebijakan pro-investasi. Namun langkah-langkah awalnya penuh kontroversi yang memicu perdebatan luas antara kebutuhan stimulus jangka pendek dan pentingnya menjaga disiplin fiskal serta stabilitas keuangan. Publik dan pasar kini menunggu bukti nyata apakah strategi agresif tersebut akan membuahkan hasil atau menimbulkan konsekuensi makro yang tidak diinginkan.
| Wikipedia |






0 comments:
Post a Comment