© Bisnis.com |
Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, ditahan di Bandara Le Bourget, Paris, pada Sabtu, 24 Agustus 2024. Penahanan ini dilakukan oleh otoritas Prancis karena Durov diduga gagal mengambil langkah-langkah untuk mencegah penggunaan Telegram untuk aktivitas kriminal.
Telegram merespons penahanan ini dengan mengeluarkan pernyataan resmi di platformnya dan media sosial. Mereka menegaskan bahwa perusahaan mematuhi hukum Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital, dan bahwa Durov tidak menyembunyikan apa pun. Telegram juga menyatakan bahwa tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut.
Kedutaan Besar Rusia di Paris meminta penjelasan dari pihak berwenang Prancis mengenai alasan penahanan dan menuntut perlindungan hak-hak Durov serta akses konsuler1. Sementara itu, mata uang kripto yang terkait dengan Telegram, Toncoin, mengalami penurunan nilai sebesar 23% setelah berita penahanan ini tersebar.
Telegram, yang didirikan oleh Pavel Durov dan saudaranya Nikolai, memiliki sekitar 900 juta pengguna aktif dan dikenal sebagai salah satu aplikasi perpesanan paling populer di dunia.
0 comments:
Post a Comment